"
Jika saja saya bisa menjelajah alam semesta. Jika saja saya berkecepatan melebihi cahaya. Akan saya robek batas dimensi dan waktu. Agar saya bisa melihat dengan jelas hasil karyaMu"
Baru-baru ini saja saya menonton sebuah video dari Youtube Journey To The Edge Of Universe yang bercerita tentang perjalanan keujung alam semesta. Perjalanan yang melebihi imajinasi yang pernah saya bayangkan sebelumnya. Alam semesta adalah tempat yang sungguh benar2 tidak berbatas. Jika kalian penasaran berikut linknya....oh videonya dibagi jadi 4 bagian, link yang lainnya ada di bawah:
Banyak yang ingin saya bicarakan disini. Mulai dari jarak yang mengisolasi kita, ketidak eksisan kita di jagad raya, pertanyaan tentang kehadiran kita disini, kesadaran manusia akan eksistensinya, atau mungkin sentience, dan segalanya
Mungkin kita mulai dari sesuatu yang saya tahu dahulu. Jarak yang kita tahu adalah angka yang mengukur besarnya titik a dan b terpisahkan. (itu penjelasan saya, mungkin ada yang bisa lebih mengartikannya lebih baik :P). Ukurannya bermacam-macam meter, kaki, mil, dan paling besar yang saya tahu adalah tahun cahaya. Setiap benda dibumi dipisahkan oleh jarak. Bahkan antara saya dengan keyboard pun ada jarak, saya dan monitor, saya dan pintu kosan, saya dan gerbang kosan, saya dan kampung halaman saya, saya dan negara tetangga, saya dan bulan, saya dengan matahari, dst.
Apa yang saya rasakan dengan kehadiran jarak ini adalah membuat saya terisolasi. Saya dipisahkan dari apapun disekitar saya. Ini mungkin yang membuat kita merasa sendiri. Jarak.
Tidakkah kalian merasakannya juga?
Manusia adalah satu2nya makhluk hidup yang memiliki kesadaran. Satu-satunya makhluk hidup yang kita tahu yang berpikir bukan untuk kelangsungan hidupnya saja. Tapi diluar itu juga. Kita kadang merasa sendiri, kita merasa terisolasi dari saudara2 kita. Mungkin jarak adalah pelaku yang harusnya kita salahkan. Dan jarak juga yang membuat kita seperti itu (ini akan saya bicarakan nanti).
Bumi tempat tinggal kita dipisahkan oleh jarak yang sangat besar sehingga harus dihitung dengan jarak gelombang yang paling cepat yang kita tahu harus tempuh dalam sedetik. Sayangnya kita tidak cepat dan sayangnya kita bukan gelombang. Jadi jika berpikir untuk mencari "saudara2" kita diluaran sana kita harus berpikir cara lain untuk bertemu mereka.
Jika dilihat dari jarak 14miliar tahun cahaya, matahari hanya seperti debu. Dan galaksi-galaksi lainnya hanya berupa titik. Dan alam semesta sendiri berbentuk seperti jaringan. Seperti saling berhubungan, dan mengambang diketidakadaan. Bumi tempat yang selama ini kita kenal. Tempat yang selama kurang lebih 500juta ditempati oleh makhluk hidup. Adalah hanya sebesar atom. Mungkin kurang dari itu. Tidak berharga. Jika saja bumi tidak ada, diluaran sana pun tidak ada yang peduli atau sadar kalau jutaan makhluk hidup hilang dari peta alam semesta.
Baiklah. Mungkin kita diisolasi disini, mungkin kita memang tidak diharuskan untuk mengadakan perjalanan interstellar. Tapi apakah ini akan membuat kita semakin tidak signifikan? jawabannya tentu saja, baca kembali paragraf diatas.
Saya pernah membaca satu ayat dikitab suci Alquran, disitu dijelaskan kalau kita itu makhluk yang merugi setiap waktunya (kurang lebih begitu, dan maafkan saya jika tidak mencamtumkan ayatnya karena saya lupa :) ). Dan setelah saya menonton dan membaca tentang alam semesta, semakin jelas kita adalah benar-benar makhluk yang sangat sial. Kenapa?
Plat bumi terus bergerak dan bergesek, atmosfir bumi terus terkotori oleh karbon, matahari penuh radiasi, laut semakin naik kepermukaan, kita dihantui oleh tubrukan meteor dari luar, belum lagi badai matahari dan ditambah tatasurya kita mengorbit mengitari pusat bimasakti yang merupakan supermassive blackhole . Kurang rugi apa coba kita? Selain terisolasi dari semesta, "rumah" kita juga dikelilingi oleh mara bahaya. Bagaimana kalau kita pindah saja dari dari Bumi dan mengungsi ke planet lain? untuk masalah atmosfir yang tidak bersahabat kita kan bisa kondisikan dengan terraforming?
Bukannya saya skeptis. Terraforming adalah sesuatu yang sangat mungkin dilakukan. Tapi untuk skala sebesar planet, saya rasa tidak. Belum lagi ditambah jarak yang sudah saya bicarakan. Migrasi keplanet lain adalah hal yang sangat tidak mungkin, tapi ingin sekali saya lakukan.
Seperti yang sudah saya jelaskan diatas. Kita diharuskan tinggal diBumi, terus merugi, dan terus terisolasi. Inilah nasib manusia. Kehadiran kita dialam semesta tidak akan membawa perubahan apapun. Kita ada ataupun tidak ada, tidak ada yang peduli. Betapa meruginya kita ini.
Lalu kalau begitu kenapa kita ada disini? kenapa kita terus merugi? kenapa kita diciptakan hanya untuk nantinya juga musnah? Teman....sayapun bertanya hal yang sama. Tuhan yang kita tahu. Sebuah kekuatan maha besar, Omnipotent yang luar biasa berkuasa atas alam semesta beserta isinya. Dia pasti memiliki skenario besar atas kemunculan kita, kita pasti memilki peran sekecil apapun, setidak penting apapun. Karena tentu saja, Dia yang menciptakan alam semesta beserta isinya.
Kadang ada ruginya juga kita diberi daya berpikir. Karena itu membuat kita semakin terus sombong. Seakan kita makhluk sentience satu-satunya disini. Seakan2 kita sangat penting. Amat sangat penting untuk kita ketahui. Seorang manusia jika dilihat dari ujung alam semesta, tidaklah penting. Saya yakin Tuhan sendiri tidak merasa rugi kehilangan spesies manusia. Tapi saya juga yakin, Tuhan sangat menaruh keyakinan kepada manusia.
Marilah kita mencari bersama apa maksud kita diturunkan ke bumi?. Apa tujuan kita berada disini?. Beban apakah yang kita panggul? Jadikanlah hidup kita lebih berarti untuk diri kita dan juga untuk oranglain
(Selagi menulis ini, saya sedang ditemani Beethoven symphony 7 - II allegretto)